Kupas Tuntas Inseminasi: Pengertian, Kondisi Melakukan Inseminasi, Prosedur, dan Efek Samping Dari Inseminasi!
Program
inseminasi adalah
salah satu jenis terapi kesuburan yang bisa dijadikan alternatif solusi
mendapatkan keturunan, khususnya bagi pasangan yang memiliki kondisi tertentu
sehingga sulit memiliki anak. Beberapa waktu terakhir, inseminasi buatan memang
semakin populer di masyarakat.
Pasalnya, melakukan inseminasi buatan dinilai lebih aman. Karena metode ini dilakukan secara alami, yaitu dengan meletakkan sperma berkualitas yang telah diseleksi ke dalam rahim. Metode ini diharapkan bisa meningkatkan kesempatan bagi sel telur dibuahi oleh sel sperma sehat.
Apa Itu Inseminasi?
Inseminasi
buatan atau IUI (Intrauterine Insemination) merupakan salah satu program
kehamilan menggunakan teknik memasukkan sperma berkualitas terbaik milik suami
ke dalam rahim istri.
Hal
ini dilakukan untuk mempermudah proses pembuahan alami di tubuh calon Ibu.
Selain relatif lebih aman, biaya melakukan inseminasi juga lebih terjangkau
dibandingkan program bayi tabung. Tidak mengherankan, jika inseminasi buatan
lebih diminati oleh berbagai kalangan.
Akan
tetapi, tidak semua perempuan yang memiliki masalah kesuburan diperbolehkan
menjalani prosedur inseminasi. Sebab terdapat beberapa kondisi yang justru melarang
seorang perempuan untuk melakukan inseminasi buatan, diantaranya adalah sebagai
berikut: Pernah
mengalami infeksi pelvis,
Memiliki
masalah pada bagian tuba falopi
dan Pernah menderita endometriosis.
Kondisi yang Mengharuskan
Melakukan Inseminasi Buatan
Melansir dari American Pregnancy Association, angka keberhasilan program inseminasi buatan yang dilakukan secara teratur mencapai hingga 20%. Selain prosesnya lebih simple karena tidak memerlukan tindakan pembedahan khusus. Harganya juga bisa dikatakan cukup bersahabat.
Di
bawah ini adalah beberapa kondisi yang mengharuskan wanita melakukan proses
inseminasi:
1. Infertilitas
yang Tidak Jelas Penyebabnya
Faktanya,
tidak semua masalah kesuburan wanita dapat diketahui penyebabnya. Sebab tidak
sedikit wanita mengalami kemandulan tanpa alasan jelas. Wanita dengan kondisi
ini dapat melakukan inseminasi buatan agar dapat memiliki buah hati dari rahim
sendiri.
2. Memiliki
Riwayat Endometriosis
Wanita
yang pernah mengalami endometriosisbiasanya
cenderung susah hamil. Sebelum tindakan inseminasi dilakukan, umumnya dokter
akan menganjurkan wanita yang punya riwayat endometriosis
untuk mengkonsumsi obat-obatan tertentu terlebih dahulu.
3. Masalah
Serviks (Leher Rahim)
Serviks merupakan penghubung vagina dengan
uterus. Lendir yang diproduksi leher rahim berfungsi membantu sperma supaya
lebih gampang menuju tuba falopi. Namun, jika lendir terlalu kental, maka
berpotensi menghambat sperma sehingga tidak terjadi pembuahan.
4. Alergi
Sperma
Meskipun
kondisi ini sangat langka, namun tidak menutup kemungkinan seorang wanita
mengalaminya. Dilansir dari Mayo Clinic, indikasi alergi dapat dilihat dari
gejala, saat kulit terkena sperma maka akan menyebabkan kemerahan, bengkak, dan
terasa terbakar.
5. Infertilitas
pada Pria
Bukan
hanya kaum wanita yang bisa mengalami masalah kesuburan berupa infertilitas,
namun pria juga. Jika sperma menunjukkan kondisi kurang baik, maka disarankan
melakukan inseminasi untuk membantu memilah sperma berkualitas.
6. Pasien
dengan Donor Sperma
Ada
beberapa wanita yang ingin mempunyai anak dari rahim sendiri tanpa melakukan
hubungan seksual. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menjalani
inseminasi buatan. Umumnya, wanita tersebut akan menggunakan donor sperma dari
lab terpercaya.
Selain
beberapa kondisi di atas, sebenarnya masih ada beberapa situasi lain yang
menjadi alasan seseorang melakukan inseminasi buatan, diantaranya adalah:
1. Tidak
memungkinkan untuk hamil, misalnya pengidap HIV.
2. Tidak
dapat melakukan hubungan seksual karena kondisi kesehatan tertentu.
3. Pasangan
tidak bisa ejakulasi.
Prosedur Program Inseminasi Buatan
Sama
halnya program bayi tabung, prosedur inseminasi juga berlangsung dalam waktu
cukup lama dan membutuhkan persiapan matang. Lantas, bagaimana proses berjalannya
inseminasi buatan?
Di
bawah ini adalah tahapan inseminasi yang wajib diketahui oleh pasangan suami
istri:
1. Pemeriksaan
Kesehatan
Sebelum menjalani inseminasi buatan, dokter akan menyarankan melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, termasuk kesuburan dan organ reproduksi. Tes kesuburan harus dilakukan dengan pasangan untuk mengetahui kesuburan dari kedua belah pihak.
Umumnya, dokter akan memeriksa kondisi tuba falopi. Pasalnya, saluran penghubung ovarium dan rahim ini harus dalam keadaan terbuka (Tidak tersumbat) dan sehat. Dokter juga akan mengecek kadar hormon untuk mengetahui apakah hormon berada di angka normal.
Selain itu, dokter akan memeriksa kondisi rahim untuk memastikan bagian ini cukup kuat menjadi tempat tinggal bagi calon janin selama masa mengandung nantinya.
2. Stimulasi
Ovarium
Setelah
selesai memeriksa kondisi kesehatan, Anda akan memasuki tahap stimulasi
ovarium. Pada proses ini, dokter juga akan memberi obat kesuburan, seperti
letrozole dan clomid. Kemudian, dokter mengecek keadaan Anda secara berkala
melalui tes darah dan ultrasound.
Obat
clomid berfungsi mendorong pelepasan hormon di kelenjar pituitari, yang
berperan merangsang tubuh melepaskan hormon perangsang folikel
dan hormon luteinizing (LH).
Akan
tetapi, dokter mungkin memberikan obat-obatan lain saat Anda menjalani
inseminasi buatan. Misalnya, HCG atau Human Chorionic Gonadotropin melalui
suntikan (Injeksi).
3. Mempersiapkan
Sperma
Pada
tahapan ini, suami akan memberikan sampel sperma (air mani) atau menggunakan
donor yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sampel dari sperma tersebut akan
dicuci terlebih dahulu. Setelah itu, barulah disuntikkan ke dalam vagina calon
Ibu.
Proses pencucian sperma sebenarnya adalah seleksi antara sperma sehat dan tidak. Sperma sehat akan dipisahkan dengan yang berkualitas buruk. Sementara itu, sperma sehat umumnya memiliki pergerakan dan konsentrasi tinggi untuk mencapai telur.
Di
samping itu, pencucian sperma juga dilakukan untuk menghilangkan zat kimia yang
mungkin akan menimbulkan reaksi negatif pada tubuh. Di sisi lain, sperma kurang
bagus juga beresiko mengganggu proses pembuahan di sel telur.
4. Memasukkan
Sperma
Proses
memasukkan sperma biasanya dilakukan pada masa subur (Ovulasi). Tepatnya 24 –
36 jam setelah terjadi lonjakan hormon HL yang merupakan indikasi akan
berlangsungnya ovulasi. Saat sel sperma sudah siap, maka proses inseminasi
buatan akan dimulai.
Biasanya,
ini akan memakan waktu sekitar 1-2 jam. Tindakan inseminasi dimulai dengan
dokter memasukkan sebuah kateter ramping, kecil, dan elastis ke dalam rahim
melalui vagina serta leher rahim. Setelah kateter sampai di rahim, sel sperma
akan dilepaskan.
Sebagian
besar perempuan yang menjalani program inseminasi mengaku,
jika prosedur inseminasi buatan tidak menimbulkan rasa sakit. Anda mungkin
hanya merasakan kram selama tindakan inseminasi
berlangsung. Oleh karena itu, tidak perlu merasa takut.
Setelah
selesai, dokter akan menyarankan untuk tetap berbaring selama beberapa saat
untuk memulihkan diri dari rasa shock yang
mungkin dialami. Anda tidak perlu cemas kalau sperma akan bocor atau keluar
ketika berdiri, karena sperma telah dialihkan langsung ke rahim.
Efek Samping Inseminasi
Buatan
Sebenarnya,
prosedur inseminasi buatan tergolong minim resiko. Akan tetapi, ada kemungkinan
Anda mengalami beberapa efek samping pasca melakukan inseminasi buatan. Berikut
ini adalah beberapa contoh dari kemungkinan resiko yang dialami setelah
menjalankan inseminasi: Infeksi, Timbul bercak darah, dan Hamil anak kembar lebih
dari dua
Apakah program inseminasi terbukti efektif dapat membuat wanita langsung hamil? Anda mungkin masih penasaran dengan hal ini. Faktanya, setelah melakukan inseminasi, Anda harus menunggu sekitar dua minggu untuk mengetahui hasilnya. Tentunya, waktu tunggu tersebut tidak lama, bukan? Baca Juga: Cara Mendaftar Program Bayi Tabung Di IVF Morula Jakarta Dan Persyaratannya!