Benarkah Anak Diare Tidak Boleh Diberi Susu?

Diare adalah salah satu gangguan pencernaan yang sering dialami anak-anak. Kondisi ini ditandai dengan buang air besar (BAB) yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih cair. Orang tua sering kali khawatir dan bingung mengenai makanan dan minuman yang boleh atau tidak boleh dikonsumsi anak selama diare, terutama susu. Banyak mitos beredar bahwa susu harus dihentikan ketika anak mengalami diare, tetapi benarkah demikian? Mari kita kupas lebih dalam mengenai hubungan antara susu dan diare pada anak.

Mengenal Diare pada Anak

Diare pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi makanan, atau alergi tertentu. Salah satu penyebab utama diare pada anak adalah infeksi rotavirus, yang sering menyerang bayi dan balita. Selain itu, diare juga bisa terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, serta efek samping dari antibiotik.

Diare dapat menyebabkan dehidrasi jika tidak ditangani dengan baik. Gejala dehidrasi meliputi mulut kering, mata cekung, frekuensi buang air kecil yang berkurang, hingga lemas. Oleh karena itu, menjaga asupan cairan sangat penting selama anak mengalami diare.



Apakah Anak yang Diare Boleh Mengonsumsi Susu?

Banyak orang percaya bahwa susu sebaiknya dihentikan saat anak mengalami diare. Namun, tidak semua kasus diare memerlukan penghentian susu. Hal ini bergantung pada penyebab diare dan kondisi anak.

Diare Akibat Infeksi

Jika diare disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, maka pada umumnya anak tetap boleh mengonsumsi susu, terutama ASI bagi bayi. ASI mengandung antibodi yang membantu melawan infeksi dan mempercepat pemulihan. Untuk anak yang sudah tidak menyusu ASI, konsumsi susu formula biasanya tetap diperbolehkan, kecuali jika ada tanda-tanda intoleransi laktosa.

Diare Akibat Intoleransi Laktosa

Beberapa anak mengalami intoleransi laktosa, yaitu ketidakmampuan tubuh mencerna laktosa, gula alami dalam susu. Dalam kasus ini, konsumsi susu dapat memperburuk diare karena laktosa yang tidak tercerna akan menarik lebih banyak cairan ke dalam usus, sehingga membuat tinja semakin encer. Jika anak mengalami diare berkepanjangan atau sering mengalami perut kembung dan nyeri setelah minum susu, kemungkinan besar ia mengalami intoleransi laktosa sementara atau permanen.

Diare Akibat Alergi Susu

Alergi protein susu sapi juga bisa menyebabkan diare. Jika anak memiliki riwayat alergi susu sapi, maka konsumsi susu harus dihentikan dan diganti dengan alternatif yang lebih aman, seperti susu berbasis soya atau formula hipoalergenik.

Jenis Susu yang Direkomendasikan Saat Anak Diare

Jika anak mengalami diare tetapi tetap ingin mengonsumsi susu, ada beberapa jenis susu yang lebih aman dikonsumsi:

Susu Bebas Laktosa – Jika anak mengalami intoleransi laktosa, susu bebas laktosa bisa menjadi alternatif yang lebih aman.

Susu ASI – Untuk bayi yang masih menyusu, ASI tetap menjadi pilihan terbaik karena mengandung antibodi dan zat gizi penting yang membantu pemulihan.

Susu Formula Hipoalergenik – Untuk anak dengan alergi susu sapi, susu formula berbahan dasar protein terhidrolisis atau asam amino bisa menjadi pilihan.

 

Susu Nabati – Susu kedelai atau susu almond bisa digunakan sebagai alternatif, tetapi pastikan tidak ada alergi tambahan terhadap bahan tersebut.

Bagaimana dengan Produk Olahan Susu?

Beberapa produk olahan susu seperti yoghurt dapat menjadi pilihan yang baik selama diare. Yoghurt mengandung probiotik yang membantu memperbaiki keseimbangan flora usus dan mempercepat penyembuhan diare. Probiotik dapat membantu menggantikan bakteri baik yang hilang akibat infeksi atau konsumsi antibiotik.

Namun, produk susu yang tinggi gula atau berlemak tinggi, seperti es krim dan keju olahan, sebaiknya dihindari karena dapat memperburuk gejala diare.

Tips Memberikan Susu Saat Anak Diare

Jika ingin tetap memberikan susu saat anak diare, perhatikan beberapa hal berikut:

Pantau Reaksi Anak – Jika setelah minum susu anak mengalami perut kembung, muntah, atau diare semakin parah, pertimbangkan untuk menghentikan sementara susu atau beralih ke jenis lain.

Campur dengan sedikit garam –Untuk anak yang masih menyusui, tetap berikan ASI untuk mencukupi cairan tubuh yang hilang. Berikan terus cairan pada anak, lebih baik dengan air putih yang dicampur sedikit garam, sehingga cairan tersebut mengandung elektrolit yang dibutuhkan tubuh.

Berikan dalam Jumlah Kecil – Jika tidak ada tanda intoleransi, berikan susu dalam jumlah kecil dan lihat reaksinya.

Susu Jangan Diencerkan – Selain air putih, anak juga bisa diberikan sup atau susu agar anak terhindar dari dehidrasi akut. Susu jangan diencerkan karena bisa berkurang zat nutrisi di dalamnya.

Perhatikan Konsistensi Tinja – Jika tinja semakin cair setelah konsumsi susu, mungkin anak mengalami intoleransi laktosa sementara.

Konsultasikan dengan Dokter – Jika diare berlangsung lebih dari tiga hari atau anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, segera konsultasikan dengan dokter.

Tidak semua anak yang mengalami diare harus berhenti minum susu. ASI tetap boleh diberikan, sementara susu formula bisa dilanjutkan kecuali ada indikasi intoleransi laktosa atau alergi susu sapi. Susu bebas laktosa dan yoghurt bisa menjadi alternatif yang lebih aman untuk anak yang sensitif terhadap laktosa.

Orang tua perlu memahami penyebab diare dan memperhatikan reaksi anak terhadap susu. Jika ragu, berkonsultasilah dengan dokter untuk memastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup tanpa memperburuk kondisinya. Dengan penanganan yang tepat, anak dapat pulih dengan cepat dan tetap mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkan. Baca Juga: Panduan Lengkap Merawat Bayi Usia 0 - 6 Bulan

Subscribe to receive free email updates: